Transparent Chrome Glass Blue Pointer

Minggu, 05 April 2015


BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI SEBAGAI SALAH SATU LAYANAN MENYONGSONG PASAR BEBAS ASEAN

            Siti Nurlaila, M.Psi
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadiyah Metro
Email: laila_mpsi@yahoo.com; Phone: 0823 7848 0000

Abstact
The modern life today with many problems which make most of people whose felt,  that most of them  often  loss controll, frustrate, and confuse. Value friction in community, from religious life was slide to materialistic life, the community that tend to hedonistic and consumptive, chase the satisfaction, ignore spiritual aspect. Beside that, the community should shift to individualistic life and weak of social controll, the experience of ritual religious  gradually  loose, neglect the worship, and worship to the technology. There some individual conflict, family, violence to the children, household violence, and social conflict was increased so that impact to divorce enhancement, the brawl between villagers which caused the small problem.
The acceleration of time change make a challenge that faced more difficult. Islamic  Guidance and counseling is a giving help proccess to person for realizing back to their existence as Alloh creature that should always consistent with provision and guidance of Alloh until achieve the happiness life in the world.

              Keyword: guidence, Islamic Counseling


ABSTRAK
            Kehidupan modern sekarang ini penuh dengan permasalahan yang cenderung membuat  kebanyakan orang  yang mengalaminya sering  lepas  kontrol, frustrasi dan hilang arah. Pergeseran  nilai yang terjadi di masyarakat, yaitu  dari kehidupan yang religius bergeser ke arah kehidupan materialistik, masyarakat cenderung hidup hedonistik dan konsumtif, mengejar kepuasan, mengabaikan aspek ruhaniyahnya. Selain itu masyarakat juga mulai bergeser ke arah hidup individualistik dan kontrol sosial lemah,  pengalaman ritual  keagamaan  mulai kendor, melalaikan  ibadah dan menyembah teknologi.  Beberapa konflik individu, keluarga, kekerasan terhadap anak,  kekerasan rumah tangga dan konflik sosial meningkat  sehingga mengakibatkan peningkatan  perceraiaan, tawuran antar warga desa yang hanya disebabkan oleh masalah kecil.
            Perubahan  zaman  yang demikian cepat itu membuat  tantangan yang dihadapi  semakin sulit. Bimbingan dan konseling Islami dibutuhkan untuk menjawab permasalah-permasalah yang ada. Bimbingan dan konseling Islami adalah  proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan  ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia.

Kata kunci: Bimbingan, konseling islami



PENDAHULUAN
Tahun 2015 nanti, Indonesia memasuki era pasar bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Agreement). Era itu bersamaan dengan keadaan negeri ini yang surplus demografi (tenaga kerja usia produktif melimpah). Sementara saat ini telah banyak tenaga kerja asing yang menjadi ekspatriat ke Indonesia. Adanya pasar bebas ASEAN ini tentu banyak membawa dampak dan permasalahan untuk masyarakat Indonesia. Permasalahan yang cenderung  membuat  kebanyakan orang yang mengalaminya sering lepas kontrol, frustrasi dan hilang arah. Berbagai kesenjangan, harapan-harapan dan persaingan membuat orang tidak tahu apa, mengapa, dan bagaimana seharusnya mendapatkan solusi dan berbagai penyebab permasalahan yang menimpanya. Hal ini bukan saja menghambat potensi diri tetapi membuat orang yang mengalaminya melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat modern. Permasalahan diatas hampir  terjadi di semua setting kehidupan baik itu keluarga, masyarakat maupun bangsa kita tercinta.
 Pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat, yaitu (1)  dari  kehidupan yang religius bergeser ke arah kehidupan materialistik. Masyarakat cenderung hidup hedonistik dan konsumtif,  mengejar kepuasan,  mengabaikan aspek ruhaniyahnya. (2) masyarakat yang dahulu dikenal dengan masyarakat yang cinta kebersamaan, saling tolong menolong, sekarang bergeser ke arah hidup individualistik dan kontrol sosial lemah (3) pengalaman ritual keagamaan mulai lemah (4) konflik individu, keluarga (perceraian, kekerasan terhadap anak, kekerasaan rumah tangga), dan konflik sosial (pegaulan bebas, kasus HIV AIDS).
Dengan demikian, banyak manusia sekarang ini yang sebenarnya tidak menemukan lagi makna hidupnya.
Ada kecenderungan layanan bimbingan dan konseling selama ini lebih mendasarkan pada “data empirik” dan “pemikiran rasional” saja. Sementara itu informasi yang diyakini bersumber dari Sang Pencipta manusia itu diabaikan. Akibatnya, bimbingan yang seperti itu belum memperlihatkan hasil yang optimal. Lebih jauh lagi, pengembangan potensi manusia belum bisa dilakukan secara optimal dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi manusia juga kurang tuntas serta cenderung supervisial.
Konseling yang ada saat ini di Indonesia cenderung menggunakan konsep konseling yang di kembangkan di barat.  Konseling Islami belum banyak dikembangkan oleh konselor yang mengaku sebagai muslim, terkadang konselor belum atau lupa menyelipkan tema-tema konseling islami. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah yaitu Mengetahui dan memahami konsep konseling islami, mengetahui perbedaan bimbingan dan konseling barat dengan bimbingan  konseling islami, dan mengetahui bimbingan konseling islami sebagai layanan menyongsong pasar bebas ASEAN.

PEMBAHASAN

A.  Konsep Konseling Islami
Seminar Nasional Bimbingan Konseling I tahun 1985 mendefinisikan bimbingan konseling islami sebagai suatu proses dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan mendasarkan pada ajaran islam, untuk membantu individu yang mempunyai masalah guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Subjek yang dibimbing adalah individu yang mempunyai masalah yang membutuhkan bantuan bimbingan dan konseling. Pembimbingnya adalah individu yang memiliki kewenangan (kompetensi) untuk melakukan BK islami, yaitu: konselor, psikolog, ahli pendidikan, ahli agama islam, dokter, dan pekerja sosial. Isi BK islami mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan individu yang sedang menghadapi masalah berupa kebutuan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Berdasarkan seminar dan lokakarya bimbingan konseling islami II tahun 1987 bahwa layanan BK islami bukan hanya mengupayakan mental yang sehat dan kehidupan sejahtera lebih dari itu juga menemukan jalan hidup menuju kehidupan yang sakinah, batin merasa senang dan tentram karena selalu dekat dengan Alloh SWT. Selain itu juga dibedakan antara pengertian bimbingan dan konseling, (a) Bimbingan Islami didefinisikan sebagai proses bantuan yang diberikan secara ikhlas kepada individu atau sekelompok individu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT dan untuk menemukan serta mengembangkan potensi-potensi mereka melalui usaha mereka sendiri baik untuk kebahagiaan pribadi maupun kemaslahatan sosial. (b) Konseling islami didefinisikan sebagai proses bantuan yang berbentuk kontak pribadi antar individu atau sekelompok individu yang mendapat kesulitan dalam suatu masalah dengan seorang petugas profesional dalam hal pemecahan masalah, pengenalan diri, penyesuaian diri, dan pengarahan diri untuk mencapai realisasi diri secara optimal sesuai ajaran islam. 
Pada tahun 1994 dilakukan simposium psikologi islami dan berhasil membukukan konsep bimbingan konseling islami dengan judul “psikologi islam”, yang diterbitkan oleh Muhammadiyah University Press tahun 1994.
M. Hamdani Bakran (2001) mengatakan bahwa konseling Islami adalah suatu aktivitas memberi bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Alquran dan Assunnah Rasulullah saw.
Faqih (2001) berpendapat  konseling Islami adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Alloh yang seharusnya dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Alloh, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia.  Thohari (2001) mengartikan bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembli eksistensinya sebagai makhluk Alloh SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Alloh SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Berdasarkan rumusan diatas bahwa konseling islami adalah aktivitas yang bersifat “membantu” karena pada hakikatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan Alloh SWT (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya klien lah yang harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakan tuntunan islam (Al-Quran dan Sunah Rasul). Konseling islami juga sebagai proses pemberian bantuan terarah, kontinu, sitematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi dan fitrah beragama yang dimiliki secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadist nabi ke dalam dirinya. Sehingga ia dapat hidup selaras sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadist.
Apabila proses internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan hadist telah tercapai dan fitrah beragama telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan baik kepada Alloh SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus berfungsi untuk mengabdi kepada Alloh SWT.

B.  Perbedaan Konseling Barat dan Konseling Islami
Perbedaan bimbingan dan konseling umum dengan bimbingan konseling Islami menurut Thohari Musnamar (1992) adalah:
1.    Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Alloh SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling, dalam ajaran Islam di hitung sebagai suatu sedekah.
2.    Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah didasarkan atas pikiran manusia. Semua teori bimbingan dan konseling yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman masa lalu sedangkan konsep bimbingan dan konseling islami berdasarkan  Al-Qur’an dan Assunah, aktivitas akal dan pengalaman manusia.
3.    Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat  tidak membahas masalah kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep layanan bimbingan dan konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati.
4.    Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut bimbingan dan konseling Islam membahas pahala dan dosa yang telah dikerjakan.

Pendapat lain menjelaskan, Corey (1996:90-444) menunjukkan ada sembilan pendekatan dalam konseling, yaitu: Psikoanalitik, Adlerian, Eksistensial, Person-Centered, Gestalt, Reality, Behavior, Cognitive-behavior dan, Family sistems. Masing- masing pendekatan tersebut di bangun atas konsep dasar tentang “hakikat manusia” yang di yakini kebenarannya oleh masing-masing aliran, tetapi ternyata sejumlah konsep dasar tersebut di nilai oleh Corey (1982) dan juga oleh para ahli di Indonesia seperti M.D. Dahlan (1988), dan Djamaludin Ancok (1994) mengandung sejumlah kekurangan yang perlu disempurnakan.
Aliran Psikoanalitik dinilai oleh Corey (1982:12), M.D. Dahlan (1988:15, 2005: 20) terlalu pesimistik, deterministik, dan reduksionistik. Segala perilaku manusia, bahkan perilaku religius hanya di pandang sebagai sublimasi dari dorongan –dorongan yang tidak di sadari. Djmaludin Ancok (1994: 67) menilai aliran ini terlalu menyederhanakan kompleksitas dorongan hidup yang ada dalam diri manusia, teori ini tidak mampu menjelaskan tentang dorongan yang dimiliki orang muslim untuk mendapatkan ridho Alloh SWT. Di samping itu, teori ini dinilai terlalu menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan hidup manusia, dan terlalu pesimisme dalam setiap upaya pengembangan diri manusia.
Aliran Behaviorisme dinilai oleh MD. Dahlan (1988: 16, 2005:21) terlalu deterministik yang memandang manusia tidak lebih sebagai “hewan sirkus” yang dapat dilatih sesuai kehendak pelatihnya, aliran ini dinilai terlalu berani meng-analogikakan periaku dan hakikat manusia dengan dunia hewan seperti anjing, kucing, dan kera yang hasil uji cabanya langsung bisa diterapkan dalam memperlakukan manusia. Djamaludin Ancok (1994: 66) menilai aliran ini memberi penekanan yang terlalu berlebih pada aspek stimulasi lingkungan dalam  mengembangkan manusia, kurang menghargai faktor bakat atau potensi alami manusia, dan kurang menghargai adanya perbedaan individual, sementara perbedaan individual adalah suatu kenyataan. Di samping itu, aliran ini dinilai cenderung mereduksi manusia, manusia di pandang tidak memiliki jiwa, tak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah lakunya sendiri. Aliran ini juga di niali tidak mampu menjelaskan perilaku manusia yang mengabdi kepada Tuhannya dengan tulus ikhlas dan penuh kepasrahan.
Aliran Humanistik dinilai oleh Djamaludin Ancok (1994: 69) terlalu optimistik terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga manusia di pandang sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan “play-God” (peran Tuhan). M.D Dahlan (2005: 22) menilai aliran ini terlalu mendewa-dewakan manusia, terlalu optimis, dan penuh harapan terhadap kemampuan manusia, manusia di pandang memilili kemampuan berbuat sendiri di bumi ini dan menentukn tujuannya sendiri. Jika seorang pembimbing mengikuti aliran ini di ibaratkan sebagai membiarkan seorang anak berjalan sendiri dalam kegelapan malam, pembimbing tidak terlalu memberi arah yang jelas kepada konseli (klien), dan membiarkannya mencari jalan sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, teori-teori bimbingan dan konseling yang selama ini dikembangkan dengan lebih mendasarkan pada acuan “filsafat” dan “sains” sehingga wajar kalau hasilnya banyak menunjukkan kecenderungan ke spekulatif dan tentatif (belum tentu, sementara waktu, dan masih bisa berubah). Oleh sebab itu wajar pula bila ada sementara ahli yang menilai bahwa hasil bimbingan selama ini baru bersifat “supervisial”, “kulit luarnya saja”, atau “tidak tuntas” (MD. Dahlan, 1998:25).
Mencermati keterbatasan aliran-aliran psikologi seperti di sajikan di atas, maka para ahli bimbingan dan psikologi menyempurnakan dengan menjadikan ajaran agama sebagai “acuan”. Bahkan, secara tegas MD. Dahlan (2005:16) menyarankan agar nilai-nilai agama menjadi landasan dalam merumuskan alternatif bimbingan dan konseling di era globalisasi.
Konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan nabi-nabi setelahnya, mereka mendapat amanah dari Alloh sebagai salah satu dari berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang ideal sesuai dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan melarang dari sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Alloh SWT (QS Al-Fath: 8-9).
Menurut penulis, konsep teori-teori Bimbingan dan Konseling Barat yang telah ada ini tidak perlu dirombak total, namun kita sebagai seorang konselor harus memiliki sikap kritis dan selektif dan jika ada hal-hal yang dianggap kurang cocok cukup kita ubah dan sesuaikan dengan pandangan-pandangan dan ideal Islam saja.
C.  Bimbingan Konseling Islami Sebagai Layanan Menyongsong Pasar Bebas Asean
Pasar bebas ASEAN berlangsung di semua bidang kehidupan, seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan lain-lain. Kehadirannya  membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Misalnya masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya yang cenderung meniru Budaya Barat. Selain itu juga mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam, antara yang kaya dan miskin, munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Masyarakat merasa dimudahkan dengan tekhnologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Mereka lupa sebagai makhluk sosial. Pengaruh globalisasi yang begitu kuat mengakibatkan dimunculkan gejala-gejala yang muncul seperti cara berpakaian remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke Budaya Barat, gaya rambut yang di cat beraneka warna. Anak muda yang tingkah lakunya tidak mengenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Banyaknya pengaruh negatif pasar bebas itu, diperlukan langkah untuk mengatasinya terhadap pengarh negatif tersebut.
Ketika membicarakan perilaku manusia kita juga membicarakan masalah mental atau mindset. Sikap mental yang kuat dan konsisten serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk konkrit dari fitrah manusia. Amin (2013) mengatakan secara psikologis eksistensi manusia, atau fitrah manusia mempunyai dua kecenderungan, sebagai aspek manusiawi;
a) kecenderungan untuk bertahan diri dan mengembangkan diri, dan
b) kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan atau melengkapi diri.
Kedua kecenderungan tersebut bersifat saling melengkapi yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lain, keseimbangan harmonis antara keduanya dalam diri manusia.
Bimbingan dan konseling oleh masyarakat di negara maju telah dipandang menjadi bagian yang penting, bahkan justru manfaatnya sangat berpengaruh bagi kemajuan masyarakatnya. Hal tersebut memang wajar karena pelaksanaan bimbingan dan konseling dikalangan masyarakat modern diarahkan pada pemberian bantuan dalam pemecahan problem yang dihadapi anak didik secara individual yang menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia terutama akibat pengaruh faktor-faktor dari luar terhadap kemajuan itu sendiri.
Problematika kehidupan masyarakat semakin maju budaya dan teknologinya semakin kompleks permasalahan yang dihadapi. Baik problematika yang menyangkut fisik maupun problematika yang menyangkut masalah psikis. Problematika kehidupan tersebut sangat membutuhkan pemecahan yang dapat dilakukan oleh tenaga pembimbing dan konselor.
Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak tuntutan hidup yang harus dipenuhi dan semakin kompleks hidup kejiwaan anggota masyarakat itu. Hal ini berarti makin banyak memerlukan bimbingan dan konseling yang semakin luas dan mendalam. Oleh karena itu, bimbingan konseling bertugas membantu meringankan beban yang menekan psikologis akibat kondisi dan situasi seperti pasar bebas yang akan berlangsung. Pendekatan keagamaan (religius approuch) merupakan solusi untuk memecahkan permasalahan kehidupan masyarakat, apalagi masyarakat modern yang memiliki peluang permasalahan yang sangat kompleks.
Bimbingan dan konseling islam membentuk kompetensi utama ciri khas konseling dalam prespektif agama. Pada umumnya berdasarkan tujuannya, bimbingan konseling islam tidak memiliki perbedaan dengan bimbingan konseling, yaitu sama-sama ingin membantu sesama manusia agar keluar dari berbagai kesulitannya dengan kekuatannya sendiri. Perbedaan yang mendasar terletak dalam dasar yang mewarnainnya yaitu bimbingan dan konseling islam senantiasa mengaitkan dengan asas agama Islam. Konsep bimbingan dan konseling bersandar kepada kemutlakaan kuasa Alloh dan kemaksimalan usaha manusia.
Ciri khas bimbingan konseling islam inilah yang akan menjadi titik pembeda dengan bimbingan konseling lainnya (psikologis dan pendidikan) dan tidak mengenyampingkan teori dari bimbingan konseling umum yang telah terlebih dahulu berkembang. Dikembangkannya tipe dan model bimbingan dan konseling Islam juga akan mengokohkan Bimbingan Konseling islam ditengah masyarakat yang memiliki ‘religiusitas’ yang tinggi dengan segudang problematika yang bertumpuk. Dalam bimbingan konseling islami hakikatnya adalah membantu individu belajar mengembangkan fitrah iman dan atau kembali kepada fitrah iman dengan cara memberdayakan (empowering) fitrah-fitrah ( jasmani, rohani, nafs, dan iman) mempelajari dan melaksanakan tuntunan Allah dan Rasulnya agar fitrah-fitrah yang ada pada individu berkembang dan berfungsi dengan baik dan benar. Pada akhirnya diharapkan agar individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati dunia akhirat. Selain itu, mengembangkan fitrah yang dikaruniai Allah agar dapat berkembang dan berfungsi dengan baik sehingga menjadi pribadi yang kaffah dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam kehidupan sehari-hari.


KESIMPULAN
  1. Adanya pasar bebas Asean akan membawa banyak dampak dan perubahan untuk masyarakat Indonesia.
  2. Konsep bimbingan konseling islami adalah konseling islami adalah aktivitas yang bersifat “membantu” karena pada hakikatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan Alloh SWT (jalan yang lurus) agar mereka selamat.
  3. Perbedaan yang mendasar antara bimbingan konseling islam dan bimbingan konseling lainnya terletak dalam dasar yang mewarnainnya yaitu bimbingan dan konseling islam senantiasa mengaitkan dengan asas agama Islam. Konsep bimbingan dan konseling islami juga bersandar kepada kemutlakaan kuasa Alloh dan kemaksimalan usaha manusia.
  4. Konseling Islami ditawarkan sebagai salah satu layanan untuk menyongsong pasar bebas Asean.





Daftar Pustaka

Amin Samsul Munir. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta; Amzah.

Fakih Ainur Rahim. 2001. Bimingan dan konseling dalam Islam, Jogjakarta;UII Pres.

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru 2001, hal. 189-190

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan konseling, Jakarta: Rineka Cipta. 2004, hal 135

Sutoyo Anwar. 2013. Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thoha Musnamar, Dasar-dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press. 1992, hal 9

W.S. Winkel, 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar